Don't Say Good Bye (Cerpen)
“Ya, nanti atur jadwal pengamatannya…”
“Ooh, haha. Sip! Bisa diatur..”
“Ma—“
Sreek.. Kreseek…
Lelaki jakung itu menurunkan letak ponselnya. Wajah yang tenang
dan serius tadi berubah menjadi muka shock dicampur bingung. Dengan perlahan,
ia menuruni anak tangga yang tersisa untuk menuju bawah. Suara gemrusuk masih
saja terdengar, menambah keparanoidan lelaki berhidung pesek itu. Apalagi, malam
begitu pekat dan sunyi.
Tap. Tap. Tap.
Langkah demi langkah ia lakukan untuk mendekati asal suara,
yang ternyata dari plastik hitam besar yang tersampir di pojokkan depan
rumahnya. Setelah lumayan dekat dengan plastik hitam itu ia mengulurkan tangan
kurus-berototnya untuk membuka plastik itu. Yah, kali saja berisi hewan orang
utan atau simpanse yang ingin dijual tapi tak sengaja ketinggalan di rumahnya.
Yah, mungkin saja.
Lelaki itu membuka dengan perlahan dan sedikit demi sedikit
mulai terlihat apa yang ada di dalam plastik itu ternyata…
“HAH!? Mayat!!!”teriaknya histeris. Namun bukan, itu bukan
mayat. Itu seorang gadis cantik yang….
Ketakutan.
**-**
From : thestarworld@yahoo.com
Dear Mr. Mario,
Can you give me a report from the last observation, please?
Thank you. ASAP.
Lelaki bertubuh jakung itu bernama Rio. Rio menarikan jari –
jarinya di atas keyboard laptopnya. Sesekali ia melirik ke arah tempat tidurnya
yang ada sekitar sepuluh kaki di depannya. Gadis yang ditemukannya semalam
masih tertidur lelap. Ia yakin, gadis itu pasti kelelahan—entah karena apa.
Setelah melihat gadis itu masih saja tertidur dan tidak ada
tanda – tanda untuk terbangun. Ia kembali kepada pekerjaannya. Tentang angkasa
dan kawannya.
**-*
Gadis berdagu tirus itu mulai mengerjapkan kedua matanya.
Perlahan ia membuka matanya. Berbeda, ia tidak tertidur di dalam plastik hitam
besar yang super panas dan pekat. Tetapi… di tempat tidur?
Gadis itu berusaha terbangun dari posisinya. Tatapannya
teralihkan pada suara berisik dari sebuah keyboard laptop. Ia kontan kaget,
karena ternyata diselamatkan oleh seorang lelaki!
“Pagi…”sapa lelaki itu dengan senyum termanisnya. Gadis itu
hanya menampakkan deret rapi gigi behelnya. Lalu menggaruk rambutnya.
Tiba – tiba sebuah handuk mendarat di kepalanya. Gadis itu
menatap dengan wajah datar tapi sedikit kesal karena ulah lelaki itu.
“Mandi dulu, ntar gue jelasin.”terangnya singkat. Kemudian
ia berjalan menuju meja kerjanya kembali. Gadis itu mengendikkan bahu, lalu ia
berjalan menuju kamar mandi.
**-**
Rio membersihkan perabotan rumahnya dengan kemoceng. Ia
bersiul – siul kecil menyanyikan lagu Moves Like Jagger milik Maroon 5.
Siulannya terhenti, ketika mendengar suara pintu kaca berdecit. Rio yakin,
pasti gadis tirus itu.
Rio cepat – cepat melihat ke arah gadis itu. Dan benar, ia
baru saja keluar dari kamar mandi Rio dengan tatapan yang sama, datar. Kemeja
milik Rio dikenakan gadis itu, terlihat kebesaran memang. Tapi apa daya, tak
mungkin bila gadis itu mengenakan pakaian yang semalam ia pakai. Sungguh dekil
dan kumal.
Gadis itu melirik tajam ke arah Rio, lalu menggosokkan
handuk ke rambutnya sehingga rambut basahnya terurai indah. Tanpa sadar, Rio
tertegun melihat pesona gadis itu. Cantik, batinnya.
“Gue.. Rio.”ucap Rio langsung. Gadis berbehel itu duduk di
sofa, dan menatap lelaki yang bernama Rio itu –masih sama- datar.
“Ify.”katanya pendek. Rio hanya mengangguk kecil, lalu
berjalan menuju kulkas.
“Mau minum, disini ada…”suara Rio yang ingin menawarkan
sesuatu menggantung. Kepalanya masuk kedalam kulkas, sedangkan tangan kanannya
memegang pintu dan tangan kirinya memegan sisi lain kulkas tersebut.
“Ada orange juice, air dingin, susu segar dan.. Aduh!”entah
karena dorongan apa Rio malah mendorong pintu kulkas, sehingga kepalanya
terjepit. Melihat kekonyolan Rio, Ify hanya tertawa kecil. Menyadari kalau
lelaki ini memang baik, sangat baik. Lebih baik daripada calon suaminya yang
begitu kasar.
**-**
Hap. Hap. Dan hap.
Ify memakan makanan khas Jepang yang tersedia untuknya
dengan lahap. Lapar.. Lapar.. serunya dalam hati. Rio hanya tertawa melihat
tingkah Ify yang seperti tidak makan selama tujuh tahun dan tujuh kali lebaran.
Sangat lahap.
“Kenyang?”tanya Rio dengan senyuman mautnya. Ify
menghentikan gerak tangannya yang memegang sumpit. Lalu menatap Rio yang
–masih- menatapnya dengan senyuman. Ify tersenyum lalu menggeleng, dan
melanjutkan makannya lagi.
0 komentar:
Posting Komentar