“Kenyang?”tanya Rio dengan senyuman mautnya. Ify
menghentikan gerak tangannya yang memegang sumpit. Lalu menatap Rio yang
–masih- menatapnya dengan senyuman. Ify tersenyum lalu menggeleng, dan
melanjutkan makannya lagi.
Rio menghela nafas. “Lo kenapa bisa ada di sini?”tanya Rio,
lagi. Lagi – lagi Ify menghentikan acara makannya. Sebelumnya, satu suap nasi
sudah masuk ke dalam mulutnya sehingga kini beberapa nasi menempel di ujung
bibirnya.
“Nggak inget.”jawabnya pendek, kemudian meletakkan bungkus
karton yang berisi makanan tadi.
“Gue nggak maksa, tapi elo darimana? Dan kenapa bisa
dibungkus dalam plastik gitu?”
Ify hanya membalas dengan gelengan kecil. “Nggak.”
Rio menarik nafas panjang. “Yaudah, habisin tuh
makanannya!”seru Rio seraya berdiri kemudian mengacak rambut –basah- Ify.
Ify tertegun, lalu menoleh ke arah Rio yang mulai menghilang
di belokan menuju dapur apartemen Rio. Ify memajukan bibir bawahnya, lalu
tersenyum. ‘Rio ganteng, manis! Aaa!!
Unyu banget…’batin Ify kegirangan.
**-**
Malamnya, Rio mengadakan penelitian di balkon apartemennya.
Ditemani gadis yang semalam baru ia temukan, Ify. Ify duduk manis di kursi
putar, ia menggerakkan tangan mulusnya di atas kertas berwarna coklat agak muda.
Dari jarak sekitar lima kaki dari Ify, Rio mengamati gadis
itu dengan senyumannya. Ia masih heran, kok bisa ada cewek yang dibungkus
plastik hitam dan kini bisa tinggal dengannya. Dia memang cantik, banget.
Ujarnya, dalam hati.
Melihat senyum Ify yang menawan itu, Rio langsung melihat
bintang. Ah, mungkin lebih asyik bila mengajak gadis itu ke padang rumput di
sekitar apartemennya, besok.
“Besok ikut gue ya, Fy?”ajak Rio sembari mengatur letak
teropongnya. Ify menaruh kertas yang berisi coretan tangannya. Lalu pura – pura
berpikir,
“Gimana ya? Hmm.. mau nggak yaa??”ujarnya sok misterius. Rio
menggeleng kecil, lalu berseru nakal.
“Sok sibuk, orang masih nebeng juga…”
Ify sontak manyun, “Yee, nggak ikhlas nih?”
“Iye, ngrepotin ada elu. Pulang aja sono! Punya rumah kan?
Punya pacar, kan?”
Deg. Mendengar suara meledek Rio yang –bagi Ify- tidak lucu,
air muka Ify langsung berubah muram.
“Jangan balikin gue, Yo. Please, jangan…”lirih Ify namun
masih terdengar jelas oleh Rio. Rio yang mendengar ucapan Ify yang penuh dengan
permohonan dan wajah yang begitu… suram langsung kaget. Ia menatap Ify
kebingungan, kemudian Ify melanjutkan.
“Gue nggak mau ketemu dia. Gue nggak mau dinikahin sama
dia…”Rio masih diam.
“Alvin Jonathan, please Yo.. Hanya lo yang bisa gue percaya.
Gue nggak mau sama dia, Yo.”Ify menunduk, menahan butiran air agar tidak
mengalir deras dari kedua matanya. Tiba – tiba sebuah tangan terulur
merangkulnya. Ify mendongak, ternyata Rio.
“Gue janji. Jangan nangis…”ujar Rio lembut, lalu mengelus
puncak kepala Ify. Ify tersenyum—tak jadi menangis.
“Lo liat bintang itu, deh.”Rio menunjuk ke langit. Di atas
sana ada beratus – ratus milyar bahkan lebih bintang yang berkelap – kelip
memancarkan cahaya indahnya. Ify tersenyum,
“Cantik….”pujinya,
“Kayak elo…”
Hati Ify seketika berdetak kencang. Ia melongo dan menatap
Rio yang masih menatap sang bintang dengan senyumannya yang sungguh khas,
senyum yang sungguh manis.
**-**
Angin berhembus lembut menarikan ilalang – ilalang yang
cukup tinggi. Ify mengelus ilalang – ilalang itu, menikmati setiap hembusan
angin menerbangkan rambutnya. Sedangkan, Rio sibuk memasang teropongnya dan
meng-pas-kan posisi teropong tersebut.
“Yoo…”panggil Ify manis. Rio hanya meng-hmm-kan saja.
“Makasih, ya?”
Rio menoleh ke arah Ify. Menatap setiap lekuk wajah gadis
tirus ini. “Makasih buat?”
Ify hanya tersenyum, lalu berputar – putar. Dan menari –
nari bersama ilalang – ilalang dan angin. “Baru kali ini aku ngerasain
sebahagia ini. AAAA!!!”
Ify berteriak lepas, lalu tertawa. Rio mengangkat bibirnya,
membentuk seulas senyuman. Rio mengemati gadis itu. Gadis itu berhenti, lalu
terdiam dan tersenyum kembali. De javu, gadis itu mirip… dengan mantan pacarnya!
Shilla! Dan, gadis itu juga pernah berputar dan tersenyum seperti itu!
“Hihi…”cengir Ify, Rio membalas dengan tawa kecil. Kemudian
ia meraih kamera SLR yang dikalungkan di lehernya.
Ckreek.
Rio menurunkan kameranya, lalu melihat hasil fotonya.
Benar – benar mirip!
Rio tertegun, lalu menatap Ify kembali. Yang kini gadis itu
sedang berjalan menuju tenda.
**-**
Malam harinya.
“Ipoong!! Sini, bagus nih bintangnya!”seru Rio girang. Ify
berdiri dari posisi duduknya—sedang memanggang sosis dan daging sapi, lalu
berlari kecil mendekati Rio yang sedang mengamati langit dengan teropongnya.
Rio menggeser tubuhnya, membiarkan Ify melihat bintang di
langit.
“Iih.. bagus…”puji Ify sambil tersenyum riang. Rio
mengangkat teropongnya sedikit menuju ke atas. Kemudian Ify bersorak,
“Aaa!! Tadi ada bintang warna putih, bagus banget!!”jerit
Ify seraya menghentakkan kakinya—karena terlalu senang.
Tidak ada suara dari Rio. Ify terdiam sebentar, mengangkat
alisnya tinggi. Bertanya dalam hati, kok Rio diem?
“Yoo..”Ify memanggil Rio seraya menegapkan badannya.
Ternyata Rio ada di sampingnya, sedang menatap Ify dalam. Tubuh Ify seketika
mematung karena menatap tatapan dalam Rio. Wajah Rio semakin mendekat ke wajah
Ify, hembusan nafasnya bahkan terasa hingga pipi Ify. Tiba – tiba Ify menjerit.
“Aah!! Dagingnya gosong!!”otomatis Rio kaget. Lagi romantis
juga, dumelnya dalam hati.
Ify heboh sendiri ketika melihat sosis yang tadinya warna
merah pekat berubah menjadi hitam. Tangannya berusaha meraih sosis itu, tiba –
tiba tangan Rio muncul dengan sumpit untuk mengambil sosis itu.
“Pake ini, Fy.. Please, deh!”omel Rio. Lalu ia menyodorkan
sosis itu kehadapan Ify.
“Aa-a-a..”Ify menutup mulutnya rapat. Rio mendecak,
“Ini dimakan, Ify!!”perintah Rio sedikit jengkel, Ify
merengut.
“Orang gosong juga!”
“Yee, yang masak sendiri tanggung jawab dong sama hasil
karyanya..”
“Dih, rese!”
“Bodo!”
Ify mengrucutkan bibirnya dan menyedekapkan kedua tangannya
di dada. Rio menurunkan sosis gosong itu dari Ify. Lalu menoyor wajah Ify
dengan telapak tangannya.
Plak!
“Dasar tukang ngambekan!”
“RIOOO!!!”Ify langsung teriak, dan mulai menggerutu menjelek
– jelekkan Rio. Tapi percuma, Rio sudah berlari jauh dari Ify. Tak sampai di
situ, Ify langsung berlari mengejar Rio. Dan jadilah mereka kejar – kejaran.
Dengan tawa yang terus membahana, menghiasi malam yang penuh dengan bintang –
bintang.
**-**
Ify menarik kedua tangannya ke atas setinggi – tingginya.
Lalu memutar pinggangnya. Dan menguap kemudian.
“Hoam.. Rio mana, ya?”
Ify turun dari tempat tidur, lalu berjalan menemui Rio, yang
ternyata sedang di meja kerjanya.
“Yoo… eh, lagi tidur..”gumam Ify. Ify tersenyum kecil, lalu
berlari menuju tempat tidur dan mengambil sebuah selimut. Kemudian menyelimuti
Rio dengan selimut itu.
‘Pasti semalem nglembur nih, ada kopi pula. Ck!’batin Ify
sambil melihat keseluruhan meja kerja Rio. Manik mata Ify terhenti pada sebuah
foto album berwarna coklat tua dan berlambangkan tanda ‘love’ dan di bawahnya
ada tulisan huruf ‘S’. Ify meneguk ludahnya,
‘Apa pacarnya Rio, ya? Rio-kan ganteng, pasti punya pacar
deeh.. Aduuh, Ify ngarep banget si Rio bakal jadi pangeran penyelamat lo dari
Alvin. Ngimpi, Fy! Ngimpi!’ujar Ify dalam hati. Ify membuka album foto itu, di
halaman pertama ada foto Rio dan seorang gadis.
Cantik! Perfect!
Cantik! Haduh, beda banget sama Ify.Udah jelek, nggak
cantik! Mana udah dateng nggak diundang, nginep pula! Malu – maluin, hh!!
Yah, kurang lebih itulah yang hati Ify sampaikan ketika
berkomentar tentang foto – foto yang ada di album tersebut. Ify menutupnya
perlahan, lalu tatapan matanya mengarah kepada Rio.
“Makasih, Yo. Semoga semua nggak harapan gue doang, semoga
elo yang akan merubah hidup gue…”Ify terdiam, kemudian tersenyum.
“Gue sayang elo..”
**-**
“Rio!! Ini lunch-nya udah dateng. Hehe..”teriak Ify dari
pintu apartemen Rio. Rio gantian berteriak,
“Lo makan dulu, gue nyusul!!”
Ify mengangguk, lalu menutup pintu apartemen Rio. Dan ia
langsung mengambil posisi siaga, duduk di sofa.
“Mari makaan!!”seru Ify bersemangat, ia mengambil
hamburger-nya dan melahapnya dengan potongan awal yang cukup besar.
Di meja kantor sana, Rio sedang sibuk membersihkan teropong
kebanggaannya. Tiba – tiba ponselnya berdering, menjeritkan lagu Don’t Say
Goodbye dari Davichi, seorang penyanyi Korea yang cantik.
“Hallo?”
“Mario Stevano, sang
peneliti angkasa…”
Deg. Jantung Rio berdetak kencang, dia memang tidak tahu
siapa yang meneleponnya. Tapi ketika mendengar suara itu, perasaan Rio berubah
jadi tak enak.
“Kenal Ashilla
Zahrantiara?”tanya orang itu, Rio kontan melebarkan kedua matanya. Lalu
mulai berucap,
“Lo siapa? Apa hubungannya sama Shilla?”
“Dia ada di tangan
gue.. Mau dia aman? Tau Ify-kan? Kembaliin dia buat gue. Deal with it?”
Rio tercengang. Ia pun mulai dilanda dilema. Dilain sisi ia
ingin menyelamatkan mantan pacarnya, Shilla. Dan sisi lainnya dia juga ingin
memiliki Ify dan melindungi Ify dari yang namanya Alvin itu.
“Lo siapa?”tanya Rio tak mengindahkan pertanyaan orang itu.
“Alvin. Alvin
Jonathan.”
“Apa mau lo!?”Rio mulai emosi. Nafasnya mulai tidak
beraturan, ia hampir kalap.
“Just say, deal or no
deal. It’s easy..”jawab Alvin santai,
“Apa mau lo?!”ulang Rio dengan nada yang lebih keras. Tapi
Alvin hanya menjawab,
“Gue pingin Ify. Temui
gue di padang rumput, tempat lo berduaan sama Ify kemarin. Kalo enggak, cewek
lo bakal…..”perkataan Alvin menggantung. Rio langsung menyalak,
“Atau apa?”
“Mantan cantik lo ini,
bakal kembali ke pelukan sang Pencipta, untuk selamanya..”
JDAR! Rio terdiam, shock bukan main. Matanya terarah ke Ify
yang sedang menikmati santap siangnya, Rio meneguk ludahnya. Pikirannya sedang
berpikir keras, untuk memilih Shilla? Atau… Ify?
Sungguh sulit!
**-**
Ify menikmati setiap cita rasa dari hamburger yang ia
santap. Nikmat!
Slurp! Glek! Ify meletakkan chocolate float-nya di meja.
Lalu menggigit hamburger-nya hingga habis.
“Hallo?”
Mendengar kata itu, pandangan Ify langsung terarah kepada
Rio yang sedang bertelepon dengan seseorang. Wajah Rio terlihat sangat tegang
dan marah. Tapi Ify mengabaikan apa yang ia lihat, ia kembali menikmati makanan
lainnya yang diperuntukkan untuknya.
“…. Seorang model cantik bernama Ashilla Zahrantiara
dikabarkan diculik. Entah apa motif awal sang penculik, untuk menculik gadis
cantik ini. Menurut keluarga dan kawannya, Ashilla sama sekali tak memiliki
masalah dengan orang lain atau apapun itu….”
Ify menghentikan aktivitas makannya, ia mendengar cuplikan dari TV
tersebut. “Shilla? Mantannya Rio? Ooh, biarin deh!”gumam Ify, masa bodoh. Lalu
ia melanjutkan makannya.
“Fy!”panggil Rio dengan nada yang sedikit membentak. Ify
sontak kaget, sampai – sampai puding yang sedang di santapnya hampir jatuh.
“Ikut gue!”ajak Rio ketus. Singkat, padat, dan tidak jelas.
Kemudian lelaki itu berjalan menuju keluar apartemen. Dan Ify yang masih kebingungan hanya nurut,
dan mengikutinya.
**-**
Suasana sepi dan hembusan angin khas milik padang rumput ini
masih sama. Segar dan menenangkan jiwa.
Ify menyentuh ilalang – ilalang yang menari – nari dengan
riangnya. Ify terkadang mengalunkan lagu – lagu yang ceria. Sedangkan Rio hanya
berjalan lurus kedepan, tanpa berkata sepatah kata pun sejak dari berangkat
dari apartemen hingga sampai.
“Yo, mau ngapain kesini? Mau pengamatan? Kok nggak bawa teropong?”tanya
Ify beruntun. Rio hanya diam dan terus berjalan.
Ify pun keki di kacangin Rio. “Iih!! Rio jahat, nggak
dijawab masa? Ada apa, sih?”tanya Ify lagi. Rio tetap diam.
Ify jadi jengkel. Dia dengan paksa menarik lengan berotot
milik Rio, hingga lelaki itu sedikit limbung dan hampir jatuh menimpa Ify.
“Ck! Apasih, Fy?”tanya Rio dengan intonasi yang begitu
kesal. Ify merengut, lalu bertanya lagi.
“Kamu ngajak aku gara – gara ap—“
Pertanyaan untuk Rio menggantung, Ify benar – benar kaget
dengan apa yang dilihatnya. Rasa marah, kecewa, takut bercampur menjadi satu
kini. Rio hanya menatap datar ke arah Ify yang kini matanya mulai berkaca –
kaca.
“Yoo…”lirih Ify, nada suaranya mulai bergetar. Antara
ketakutan dan sedih.
“Rio…”Ify kembali memanggil nama Rio, tetapi Rio tetap diam
dengan posisi yang sama seperti tadi.
“Yo, itu.. itu.. Al…vin?”Rio bergeming, ia berhenti sejenak.
Tampak di jalan setapak ada sebuah mobil mewah dan di samping mobil tersebut
berdiri sesosok dengan senyum yang begitu kejam. Ya, itu yang pertama kali Rio
lihat dari Alvin. Ia berwajah kejam. Pantas saja Ify takut dengan lelaki itu.
“Yoo, aku mohon. Aku udah minta sama kamu, jauhin aku dari
Alvin! Kenapa kamu jahat kayak gini? Kenapa?”Ify mengusap wajahnya frustasi,
sedangkan Rio masih saja diam di depannya. Ify menangis sesegukan, memandang
punggung Rio. Ify menutup mulutnya, merasa bingung harus berkata apa. Keadaan
hatinya kali ini sangat susah untuk dia jabarkan dengan kata – kata. Kecewa,
marah, ketakutan, dan sedih.
Ify kemudian mendongak, ia melihat sosok Alvin yang
tersenyum menang karena telah mendapatkan Ify kembali. Kemudian dengan cepat
Ify mengarahkan tatapan matanya kepada Rio, “Yo.. tolong, kali ini tolong…”
Tiba – tiba Rio membalikkan badannya, lalu meraih tangan
kanan Ify. Ify sempat berharap kalau Rio akan menyelamatkannya, tetapi ternyata
ia salah. Rio langsung menarik Ify menuju Alvin. Kemudian Ify hanya
memberontak, sesekali ia memukuli tangan kokoh Rio. “Yoo!! Kamu jahaat!! Mana
janji kamu mau jaga aku dari Alvin? Kamu lupa, hah!? Kali ini aku mohon, bantu
aku. Setelah itu terserah kamu mau gi—“
Ucapan Ify terhenti ketika Rio tiba – tiba menatap tajam
kearahnya, dalam matanya tersirat rasa tak rela. Rio menutup kedua kelopak
matanya, dan saat mata itu terbuka, lelaki itu hanya mengucap kata ‘maaf’ tanpa
suara. Tetesan air mata Ify semakin deras, Ify masih menatap kedua mata Rio.
“Mario, lihatlah gadis ini sangat siap sedia untuk kau
tolong bukan? Apa kau tak ingin melihat wajah ayu dari Ashilla?”suara
menjengkelkan milik Alvin. Rio menengok dan hati Ify makin teriris ketika
melihat sosok Ashilla berada dirangkulan Alvin. Jadi, Rio lebih memilih
mantannya itu daripada Ify? Jadi.. selama ini ia terlalu banyak berharap, ya?
Rio mengalihkan wajahnya dari Ify, acuh tak perduli.
Kemudian ia menarik Ify dengan satu sentakan untuk menuju ke depan, lalu Rio
mendorong gadis itu hingga Ify jatuh ke pelukan Alvin. Sedangkan Alvin dengan
otomatis mendorong tubuh Ashilla kepada Rio, dan Rio dengan sigap menangkap
Shilla dan memeluk Shilla yang kini sedang menangis sesegukan.
0 komentar:
Posting Komentar